Back

Kurs Rupiah Indonesia Masih Melekat di Level 16.800-an saat Libur Jumat Agung dan Negosiasi Tarif

  • Nilai tukar Rupiah berada di sekitar 16.809/USD, mendekati rekor terendah, sementara pasar sepi karena libur Jumat Agung.
  • Bank Indonesia diprakirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan pada Rabu pekan depan.
  • Delegasi Indonesia yang dipimpin Airlangga Hartarto menegosiasikan penghapusan tarif ekspor dan peningkatan impor dari AS senilai $19 miliar.

Nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) terhadap Dolar AS (USD) berada di sekitar 16.809 pada hari Jumat di siang hari sesi Asia. Di hari perdagangan sebelumnya Rupiah ditutup melemah di sekitar 16.819 per USD. Pasangan mata uang USD/IDR hampir tidak bergerak, dalam rentang perdagangan harian di sekitar 16.800-16.820, dengan kecenderungan bearish. Aktivitas pasar diprakirakan tetap rendah hari ini karena libur Jumat Agung di sejumlah negara, termasuk Indonesia. 

Pelemahan Rupiah Picu Risiko Ekonomi Berantai

Di awal bulan, dalam menanggapi pelemahan Rupiah, Listya Endang Artiani dari UII mengingatkan bahwa pelemahan Rupiah bisa memicu efek domino di sektor ekonomi. Ketidakjelasan kebijakan fiskal dan moneter dapat merusak kepercayaan publik, sementara selisih suku bunga antar negara berisiko mendorong aliran dana keluar.

Jika tren ini berlanjut, industri dalam negeri akan terpukul oleh mahalnya bahan baku impor, proyek teknologi terancam tertunda, dan pasar bisa dibanjiri produk asing murah. Meskipun ada peluang bagi produsen lokal, importir akan terdampak.

Kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia untuk menahan depresiasi Rupiah berisiko menekan kredit dan meningkatkan potensi gagal bayar. Kekhawatiran investor terhadap volatilitas Rupiah juga bisa memicu pelepasan surat utang, mendorong intervensi pasar oleh BI.

Bank Indonesia Hadapi Dilema Kebijakan

Bank Indonesia akan menggelar pertemuan pada hari Rabu mendatang, pada tanggal 23 April, dengan para pengambil kebijakan berada dalam posisi yang sangat berhati-hati saat menimbang antara prospek ekonomi yang suram dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang terus mendekati rekor terendahnya.

Meski tekanan inflasi masih rendah, Bank Indonesia (BI) dinilai belum memiliki ruang yang cukup untuk menurunkan suku bunga, karena fokus utamanya adalah menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Hal ini disampaikan oleh ekonom Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, pada hari Rabu.

"BI tampaknya lebih memprioritaskan kestabilan Rupiah guna mengantisipasi potensi arus keluar modal di tengah ketidakpastian ekonomi global, termasuk dampak dari perang dagang yang dipicu oleh Presiden AS Donald Trump," ujarnya.

Pada pertemuan sebelumnya, bank sentral mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% sebagai langkah untuk menjaga inflasi tetap dalam sasaran, melindungi nilai tukar Rupiah, serta mendukung pertumbuhan ekonomi.

Indonesia dan AS Lanjutkan Negosiasi Perdagangan, Usulkan Peningkatan Impor AS

Dalam perkembangan terbaru terkait negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan Indonesia, Airlangga Hartarto memimpin delegasi Indonesia dalam kunjungan resmi ke Washington untuk membahas isu perdagangan dengan Amerika Serikat, fokus pada tarif 32% atas produk ekspor Indonesia yang sedang ditangguhkan. Indonesia mengusulkan peningkatan impor barang dari AS sebesar $19 miliar, termasuk $10 miliar untuk energi, guna menyeimbangkan neraca perdagangan dan mengurangi ketegangan terkait tarif. Rencana ini mencakup peningkatan impor produk pertanian (gandum, kedelai, dan bungkil kedelai) dan barang modal dari AS, memperkuat kerja sama dalam sektor mineral strategis dan menyederhanakan prosedur impor produk hortikultura dari AS, serta kemudahan bagi perusahaan AS yang beroperasi di Indonesia. Kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan negosiasi dalam 60 hari ke depan.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dan Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, membahas isu tarif serta upaya memperkuat kerja sama pertahanan dan keamanan dalam pertemuan pada hari Rabu. Mereka membicarakan langkah-langkah untuk meningkatkan kolaborasi, termasuk inisiatif untuk menjaga kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut Tiongkok Selatan sesuai hukum internasional.

Presiden Trump Isyaratkan Kenaikan Tarif AS-Tiongkok Mungkin Segera Berakhir

Pada hari Kamis, Presiden AS Donald Trump mengindikasikan bahwa kenaikan tarif antara AS dan Tiongkok mungkin akan segera berakhir, sebuah pernyataan yang mengejutkan pasar. "Saya tidak ingin tarif terus naik, karena pada akhirnya itu akan membuat orang enggan membeli," ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih. "Saya mungkin tidak akan menaikkan tarif lebih lanjut, atau bahkan mungkin menurunkannya ke tingkat yang lebih rendah, karena pada akhirnya, kita ingin orang terus membeli, dan jika tarif terlalu tinggi, mereka tidak akan melakukannya."

Presiden Trump sebelumnya menyatakan bahwa sejumlah produk teknologi utama akan dikecualikan dari rencana penerapan tarif "timbal balik" yang baru. Produk-produk seperti ponsel pintar, komputer, semikonduktor, panel surya, dan layar datar, yang sebagian besar berasal dari Tiongkok, akan terbebas dari kebijakan tarif tersebut.

Dolar AS Sedikit Pulih, Namun Kekhawatiran Pertumbuhan AS Masih Membayangi

Di sisi Dolar AS, Indeks USD (DXY) melanjutkan kenaikan tipis setelah adanya laporan bahwa negosiasi kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Jepang berjalan dengan baik, yang sedikit mengurangi ketidakpastian mengenai prospek ekonomi AS. Dolar AS juga hanya mendapatkan sedikit dukungan setelah rilis data tenaga kerja yang beragam.

Menurut analis Valas ING, Francesco Pesole, dalam kondisi normal, nada hawkish Powell, yang disampaikan pada hari Rabu lalu, biasanya mendukung USD. Namun, Dolar masih tertekan oleh kekhawatiran pertumbuhan AS dan kinerja aset yang lemah. Menariknya, suku bunga swap jangka pendek tidak naik, dan pasar masih memprakirakan peluang pemotongan suku bunga pada Juni di atas 60%, mencerminkan ekspektasi pertumbuhan yang pesimis.

Klaim Pengangguran Turun, Izin Mendirikan Bangunan Naik, Pembangunan Perumahan Baru Menurun

Serangkaian data AS menunjukkan bahwa Klaim Tunjangan Pengangguran Awal di AS untuk pekan yang berakhir pada 12 April turun menjadi 215 ribu. Angka ini lebih rendah dari prakiraan pasar dan juga lebih rendah dibandingkan minggu sebelumnya yang tercatat sebesar 224 ribu (direvisi dari 223 ribu).

Sementara itu, Klaim Tunjangan Pengangguran Lanjutan untuk pekan yang berakhir pada 5 April meningkat sebesar 41 ribu menjadi 1,885 juta, dari 1,844 juta pada minggu sebelumnya (direvisi dari 1,85 juta).

Di sektor perumahan, Izin Mendirikan Bangunan di bulan Maret naik 1,6% menjadi 1,482 juta unit, melampaui ekspektasi pasar yang berada di angka 1,45 juta. Namun, angka Pembangunan Perumahan Baru pada bulan yang sama turun menjadi 1,324 juta unit dari 1,494 juta di Februari (yang sebelumnya direvisi dari 1,501 juta).
 

Indeks Dolar AS Melayang Dekat 99,50 saat Aktivitas Perdagangan Tetap Tenang karena Hari Jumat Agung

Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur Dolar AS (USD) terhadap sekeranjang enam mata uang utama, tetap di bawah 99,50 selama awal perdagangan sesi Eropa pada hari Jumat. Greenback tetap tertekan di tengah kekhawatiran yang meningkat mengenai dampak ekonomi dari tarif di Amerika Serikat (AS)
अधिक पढ़ें Previous

Valas Hari Ini: Pasar Stabil Saat Volume Perdagangan Menipis pada Jumat Paskah

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 18 April:
अधिक पढ़ें Next