Back

Harga Batu Bara Melonjak, Didorong Ketatnya Pasokan Global

  • Harga batu bara ICE Newcastle Juni 2025 melonjak 3,40% ke US$106,50 akibat sentimen positif pasar dan gangguan pasokan dari Australia.
  • Prospek ekspor Indonesia tertekan oleh kerja sama Rusia-India dan penolakan Tiongkok terhadap kenaikan Harga Batu Bara Acuan (HBA).
  • Rusia agresif ekspansi ke India, targetkan 662 juta ton produksi batu bara pada 2050 dan suplai 40 juta ton batu bara kokas ke India pada 2035.

Harga kontrak berjangka batu bara ICE Newcastle untuk pengiriman Juni 2025 (LQM25) melonjak tajam sebesar US$3,50 atau 3,40% ke level US$106,50 per metrik ton pada perdagangan Selasa (20/5). Kenaikan ini terjadi setelah harga dibuka di US$105,00 – yang sekaligus menjadi level terendah harian – dan menyentuh puncaknya di US$106,50. Volume perdagangan tercatat sebanyak 93 lot, dengan open interest mencapai 1.357 kontrak, menandakan masih tingginya minat pasar terhadap komoditas ini.

Kenaikan harga ini mencerminkan sentimen positif yang menguat di pasar energi global, dipicu oleh kekhawatiran terhadap pasokan. Salah satu penyebab utamanya adalah laporan dari perusahaan tambang asal Australia, Whitehaven Coal, yang menyebut bahwa cuaca ekstrem di kuartal pertama 2025 telah mengganggu aktivitas ekspor mereka.

Sehari sebelumnya, kontrak berjangka batu bara ICE Newcastle untuk pengiriman Mei 2025 (LQK25) juga mencatatkan kenaikan tipis sebesar US$0,25 atau 0,25% menjadi US$99,25 per metrik ton. Meski tidak sebesar kontrak bulan berikutnya, penguatan ini turut mencerminkan tren pasar yang mulai merespons risiko gangguan pasokan.

Di tengah ketatnya pasokan global, prospek ekspor batu bara Indonesia menghadapi tekanan akibat dinamika geopolitik dan perang dagang global. Kerja sama antara Rusia dan India serta langkah Tiongkok yang menolak kenaikan Harga Batu Bara Acuan (HBA) membuat pasar ekspor utama Indonesia semakin sulit dijangkau. Situasi ini memunculkan dorongan agar Indonesia fokus ke pasar domestik dan mengembangkan potensi low-coking coal (LRC) yang masih melimpah.

Pemerintah Indonesia mendorong proyek konversi batu bara kalori rendah menjadi dimetil eter (DME) sebagai substitusi LPG. Inisiatif hilirisasi ini dinilai efektif mengoptimalkan pemanfaatan LRC dan didukung Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (Aspebindo) untuk meningkatkan serapan domestik. Proyek ini diharapkan menambah nilai ekonomi, mengurangi impor LPG, dan mendukung transisi energi nasional.

Transformasi ini sejalan dengan tren global. Australia, misalnya, telah mengisyaratkan akan menghentikan ekspor batu bara berkalori tinggi pada tahun 2034 sebagai bagian dari roadmap transisi energi bersihnya, membuka peluang sementara bagi Indonesia untuk mengisi kekosongan pasar. Namun, strategi jangka panjang tetap mengarah pada penguatan industri dalam negeri.

Sementara itu, Rusia mengambil pendekatan agresif dengan memperkuat ekspor batu bara ke India, memanfaatkan cadangan nasional yang cukup untuk lebih dari 500 tahun. Rusia berencana menambah 250 juta ton kapasitas produksi pada 2025 dan menargetkan peningkatan produksi menjadi 530,1 juta ton pada 2030 serta 662 juta ton pada 2050. India sendiri telah menandatangani nota kesepahaman untuk meningkatkan impor batu bara kokas dari Rusia menjadi 40 juta ton pada 2035, seiring dengan melonjaknya permintaan industri baja.

Secara keseluruhan, harga batu bara global diprakirakan tetap volatil, dengan pergerakan pasar sangat dipengaruhi oleh cuaca, kebijakan perdagangan, dan pergeseran strategi energi dari negara-negara utama.

NZD/USD Turun Meski Dolar AS Melemah, Tertekan oleh Kekhawatiran Terkait Tiongkok

Dolar Selandia Baru (NZD) bergerak lebih rendah terhadap Dolar AS (USD) pada hari Selasa, dengan NZD/USD merosot ke 0,5910 di awal perdagangan sesi Amerika.
अधिक पढ़ें Previous

Pejabat The Fed, Hammack: Ketidakpastian yang sangat besar membebani aktivitas ekonomi

Presiden Federal Reserve (Fed) Bank of Cleveland Beth Hammack mencatat selama wawancara dengan Axios bahwa kebijakan pemerintah AS yang masih berkembang terus membuat semakin sulit bagi para pengambil kebijakan untuk mengelola ekonomi
अधिक पढ़ें Next